Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kekayaan Dunia Bukanlah Sesuatu Yang Wah

Ketika Perang Hunain, kaum muslim dikejutkan oleh serangan anak panah kaum musyrik, sehingga sebagian besar pasukan memilih berlindung dan mundur. Saatsituasi genting itu, Rasulullah saw menaiki keledai yang berpelana biasa, dengan posisi merunduk sampai kening beliau hampir menyentuh punggung keledai.

Kekayaan Dunia Bukanlah Sesuatu Yang Wah


Rasulullah tetap maju, meski hanya disertai belasan sahabat. Melihat beliau tetap bertahan dalam kecamuk perang, sebagian dari mereka yang tadinya mundur akhirnya kembali. Semakin banyak yang kembali, ketika Rasulullah turun dari keledai dengan penuh keberanian di tengah puncak pertempuran.

Masyaallah. Rasulullah adalah pemimpin utama. Dalam Perang Hunain beliau ringan dan tenang saja menaiki keledai. Tanpa pernah ditaburi tanda jasa, beliau adalah manusia terhebat seantero jagad. Beliau tidak terkenal dengan kemegahan atau kekayaan. Rasulullah puntidak punya istana atau singgasana.

Begitulah saudaraku, dalam hidup ini yang penting Allah SWT menyukai kita, dan kita diridai-Nya. Terserah Allah hendak memberi kita kekayaan atau tidak, istana atau gubuk, tanda jasa atau tambalan. Apa pun bentuk dunia yang diberikan Allah, yang penting dunia tersebut bisa membuat kita makin dekat kepada-Nya.


Tidak harus semua kita menjadi orang kaya. Jangan takut atau minder, misalnya disebut miskin dibanding tetangga. Kepada orang yang disukai-Nya, Allah pasti mencukupi dengan pemberian yang bermanfaat dunia dan akhirat. Mungkin saudara berkeinginan,Kalau bisa jangan miskin, tapi saya mau mendekat kepada Allah dengan kekayaan saja. Karena saya belum nyobain kaya, kalau miskin sudah terlalu sering.

Saudaraku. Saya dulu juga pernah diberi dunia. Popularitas, uang, dan berbagai hal lainnya. Ternyatadunia itu susah sekali untuk bisa merunduk dengan asli. Apalagi untuk turut merunduk menaiki keledai ke tengah kecamuk perang seperti Rasulullah saw. Lebih seringnya terkecoh oleh topeng dunia. Sayabaru belajar merunduk sesudah puji diganti caci, dan seterusnya. Saudara juga sudah tahu.

Mengapa? Karena kekayaan itu baunya saja sudah bau nafsu. Kaya bukanlah hal yang hebat. Garong dan Begal juga diberi kekayaan. Gengster kurang apa kekayaannya? Mereka banyak yang kaya, pakai tanda jasa dan bergelar profesor. Koruptor kurang mewah bagaimana? Dan Firaun, Qarun.. bekas kekayaan dan kekuasaannya masih ada, walau sudah berlalu ribuan tahun.

Lalu, apakah garong, gengster, koruptor, Qarun, Firaun, dan sejenisnya itu contoh orang hebat atau sukses bagi kita? Tidak! Uswatun hasanah kita adalah Rasulullah saw.Jadi, sudahlah! Jangan mengukur kehebatan atau kesuksesan dan kebahagiaan dengan duniawi. Karena manusia terhebat seantero jagad, utusan dan kekasih Allah, pun biasa saja duniawinya.

Namun dalam kesederhanaan itu, Rasulullah ringan dan tenang saja merunduk dengan sungguh-sungguh asli. Tidak hanya saat menaiki keledai di Perang Hunain, tetapi juga pada segenap sisi kehidupan. Tempat singgah yang amat sementara ini.