Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Nyata Misteri Burung Ababil

Kisah Nyata Misteri Burung Ababil | Kisah mengenai ka'bah sebagai kiblat umat Islam dalam melakukan salat lima waktu perlu disimak lebih dalam. Sebab banyak cerita di balik kokohnya bangunan yang saban tahun bulan Haji disesaki jutaan umat Islam seluruh dunia.

Kisah Nyata Misteri Burung Ababil


Seperti cerita serangan pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, penguasa Yaman saat itu. Alkisah dalam serangannya untuk menghancurkan ka'bah digagalkan oleh sekelompok burung atas perintah Allah SWT.

Bemula saat bangsa Persia dan Romawi yang tak senang dengan perkembangan umat Islam di Arab berniat menghancurkan ka'bah. Mereka tahu jika ka'bah di hancurkan maka upaya mengkristenisasi bangsa Arab lebih mulus.

Rupanya para pemimpin Persia dan Romawi saat itu tahu jika menghancurkan ka'bah secara langsung tak mungkin bisa dilakukan. Selain jaraknya yang jauh, keangkeran suku-suku di Arab yang kadung cinta sama ka'bah membuat raja Persia dan Romawi berpikir dua kali untuk menyerang ka'bah.

Mereka pun berusaha menguasai salah satu wilayah timur tengah tepatnya Yaman sebagai permulaan destinasinya melakukan serangan terhadap ka'bah. Lewat politik adu dombanya, maka terciptalah Abrahah sebagai salah satu Raja di Yaman yang dikenal dekat sebagai pemimpin boneka bangsa Persia dan Romawi. Terpilihnya Abrarah terjadi setelah pergolakan politik di Yaman saat kepemimpinan Irbath.

Arti ababil dalam bahasa arab

Sejarawan Arab, Al-Mas'udi berkata. "Allah SWT mengirim burung ababil (mirip burung pipit) yang melempari pasukan Abrahah dengan batu Sijjil yaitu batu yang bercampur tanah. Burung ini keluar dari laut dan masing-masing membawa 3 batu," tutur Al-Mas'udi yang ditulis buku sejarah kabah.

Kisah Nyata Misteri Burung Ababil


Dalam versi sejarah Islam, burung ababil disebut burung-burung yang terbang berkerumun, berbondong-bondong membawa batu-batu kecil panas, dan dengan batu-batu panas yang dilontarkan, burung-burung ababil memporakporandakan pasukan Raja Abrahah, Gubernur Habsyi (Ethiopia) yang berkuasa di Yaman, yang menyerbu hendak menghancurkan ka'bah, pada tahun 571 M.

Banyak penafsiran mengenai burung ababil ini, ada yang meriwayatkan burung besar sebesar unta, ada yang menyebut burung besar yang memiliki belalai dan buas, ada yang menafsirkan burung hijau, ada yang menyebut burung hitam dari laut, ada pula yang menafsirkan burung buas pemakan bangkai. Ada pula yang menyebutnya sebagai makhluk terbang. Kelompok yang terakhir ini punya argumentasi, disebut burung karena biasanya yang bisa terbang itu adalah burung, padahal makhluk tersebut belum tentu burung.


Kisah nyata burung ababil melempari pasukan gajah dengan batu sijjil

Di bawah kepemimpinan Abrahah inilah serangan pertama kali ke ka'bah dilakukan dan dicatat dalam Al-qur'an. Upaya Abrahah dimulai dengan membangun gereja di Yaman bernama Shana'a untuk menandingi ka'bah.

Kisah Nyata Misteri Burung Ababil


Namun upaya itu rupanya tak berpengaruh bangsa Arab yang tetap memilih ka'bah sebagai kiblat ibadahnya. Merasa tak berhasil, Abrahah berang dan berniat melangsungkan serangan langsung ke ka'bah.

Abrahah berpendapat dengan menghancurkan Ka'bah, bangsa Arab bakal memeluk Kristen. Singkatnya setelah melewati hadangan suku-suku di Arab yang melindungi ka'bah, sampailah Abrahah di Mekkah untuk menghancurkan ka'bah.

Sesampainya di mekah, Abrahah langsung beringas dan merampas harta benda kaum Quraisy termasuk 200 unta milik Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW. Setelah menguasai Mekah, Abrahah mengutus anak buahnya yang bernama Hunata Al-Hiyari untuk menanyakan pemimpin kaum Quraisy saat itu.

"Tanyakan, siapa pemimpin negeri ini dan katakan padanya, 'kami datang bukan untuk berperang melainkan hanya untuk menghancurkan ka'bah. Kami tidak akan membunuh mereka selama mereka tidak memerangi kami," tegas Abarahah kepada ajudannya seperti dikutip merdeka.com dalam buku sejarah Kabah, kisah rumah suci yang tak lapuk dimakan zaman hal-159, Rabu (25/6).

Pesan itu langsung disampaikan Hunata kepada Abdul Muthalib. "Demi Allah SWT kami tidak ingin berperang dengan Abrahah dan kami juga tidak mampu memeranginya. Ini adalah rumah Allah SWT dan rumah kekasihnya, Ibrahim," kata Abdul Muthalib seperti yang ditulis dalam buku yang sama.

Setelah itu Abdul Muthalib bersama Hunata bertemu dengan Abrahah. Abdul ingin meminta 200 ekor untanya yang dirampas oleh prajurit Abrahah. Mendengar permintaan dan keberanian Abdul, Abrahah berkata. "Katakan padanya bahwa aku merasa kagum padanya dan mendengarkan semua perkataannya. Tapi, bagaimana mungkin ia lebih mementingkan unta-untanya dan membiarkan rumah ibadah yang menjadi agamanya dan agama nenek moyangnya aku hancurkan," kata Abrahah.

"Aku adalah pemilik unta-unta itu, sementara ka'bah ada pemiliknya sendiri yang akan melindunginya," jawab Abdul Muthalib.

"Dan sekarang ini, Tuhannya ka'bah itu tak mampu menghalangiku," kata Abarahah.

"Itu urusan Anda dengannya," jawab Abdul Muthalib.

Sebagai pemimpin Abdul Muthalib tak tinggal diam atas upaya Abrahah yang ingin menghancurkan ka'bah. Salah satunya dengan menawarkan 1/3 harta yang dimiliknya agar Abrahah mengurungkan ambisinya. Tetapi upaya itu tak bisa meluluhkan hati Abrahah, dia tetap pada ambisinya.

Melihat usahanya tak membuat Abrahah luluh, Abdul Muthalib memerintahkan seluruh penduduk menuju bukit dan lembah untuk meninggalkan Mekkah.

"Wahai Tuhanku, aku tidak berharap siapapun mengalahkan mereka selain engkau," kata Abdul dalam salah satu doanya kepada Allah SWT.

Namun keajaiban terjadi, seteleh beberapa jarak menuju ka'bah, pasukan Abrahah yang dikomandoi oleh gajah raksasa yang bernama Mahmud diserang ribuan burung dari arah laut. Setiap satu burung membawa 3 buah batu kecil yang diselipkan di paruh dan dua kakinya untuk dilemparkan kepada pasukan Abrahah.

Melihat serangan mendadak dari burung itu, Abrahah dan pasukannya kocar-kacir berhamburan tak arah yang jelas. Dalam sekejap, Abrahah dan pasukannya tewas dan tak meninggalkan jejak sedikit pun.