Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rumah Ulama Betawi Ditandai OTK, Para Pendekar Disiagakan

Sejumlah rumah ulama yang tinggal di sekitar Rawa Belong, Jakarta Barat, ditandai oleh orang tak dikenal dengan tanda yang sama. Diduga, pemberian tanda di rumah ulama ini terkait dengan aksi penganiayaan ulama yang disebut-sebut dilakukan oleh orang 'gila'.

Subhanallah! Ini Bukti Bahwa Telur Bebek Bisa Kalahkan Obat dan Kosmetik

Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Ketua Umum Brigade Anak Jakarta (Braja) yang juga tokoh jawara dan pendekar betawi, Eki Pintung, menginstruksikan, seluruh jawara dan pendekar betawi turun menjaga ulama di Jakarta.

"Saya sweeping ke tempat yang dicontreng-contreng. Saya instruksikan semua jawara Betawi, pendekar, untuk jaga lingkungan. Sekarang sudah siaga tiap malam," tutur Eki saat menghadiri "Tabligh Akbar Umat Muslim Solo Raya" di Lapangan Kota Barat, Solo, Ahad (18/2) malam.

Meski begitu, hingga saat ini, pihaknya belum menemukan pelaku yang memberi tanda tertentu di rumah ulama di Rawa Belong. Ia pun mempertanyakan, motif orang yang membuat tanda di rumah-rumah para ulama itu. Eki khawatir kejadian penganiayaan terhadap ulama seperti di Jawa Barat terjadi di lingkungannya.

"Ada di pagar rumahnya dicontrengin, lalu ada di tiang listrik di depan rumahnya dicontrengin, saya tak tahu apa itu tujuannya untuk peringatan di wilayah saya, tapi sekarang sudah diperketat," katanya seperti dilansir republika.co.id, Senin (19/2).

Eki yang juga menjabat sebagai panglima komando di Persaudaraan Alumni 212 mengecam perbuatan kriminal yang dilakukan terhadap sejumlah ulama baik di Jawa Barat atau pun yang baru-baru ini terjadi di Palmerah Jakarta Barat. "Kita mendesak Polri untuk mengusut tuntas kasus tersebut lantaran ada sejumlah kejanggalan," ujarnya.

Ia khawatir jika polisi tak mampu menemukan dalang di balik penganiayaan terhadap ulama, akan dapat memancing amarah masyarakat untuk bertindak sendiri. "Saya khawatir masyarakat marah, ini bisa jadi kegelisahan luar biasa bagi masyarakat. Diadili sendiri masyarakat karena sudah tak percaya," katanya.