Sehari Setelah Hina Ustadz Abdul Somad, Orang Ini Alami Hal Menyedihkan
Banyak dijumpai perilaku manusia yang buruk yang dilakukan oleh lidahnya, semisal mengghibah, memfitnah, berdusta, mengumpat, memaki, bersumpah dengan selain nama Allah, berfatwa tanpa ilmu, berkata-kata keji, mencela dan lain sebagainya. Sebab sebagaimana telah diungkapkan oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam di dalam hadits shahih, bahwa kebanyakan dosa manusia itu ada pada lisannya.
Namun ada keburukan yang lebih buruk lagi yaitu mencela orang-orang yang sepantasnya dimuliakan, karena keshalihan dan keilmuan serta kesungguhan mereka untuk mendapatkan dan menjaga ilmu tersebut. Mereka itu adalah para ulama yang telah dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala di dalam banyak ayat, di antaranya,
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ اْلعُلَمَاءُ
“Yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya itu hanyalah ulama”. [QS Fathir/ 35: 28]
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوْا مِنكُمْ وَ الَّذِينَ أْوتُوا اْلعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. [QS al-Mujadilah/ 58: 11]
عن أبي الدرداء قال: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: وَ إِنَّ اْلعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ وَ إِنَّ اْلأَنْبِيَاءَلَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَ لاَ دِرْهَمًا وَ إِنَّمَا وَرَّثُوْا اْلعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Dari Abu ad-Darda’ berkata, aku pernah mendengar Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan uang dinar dan tidak juga dirham. Mereka itu hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil peruntungan yang sangat banyak”. [HR Abu Dawud]
Demikian beberapa dalil dari banyak dalil yang menegaskan akan kemuliaan yang Allah ta’ala dan Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam anugrahkan kepada para ulama yang meniti jalan di atas jalan dan manhaj Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para shahabat radliyallahu anhum.
Jadi ilmu itu adalah firman Allah ta’ala dan sabda Nabi-Nya Shallallahu alaihi wa sallam yang diambil dari para ulama yang benar-benar menguasai, memahami dan mengamalkan ajaran alqur’an dan hadits-hadits tsabit lagi shahih dengan benar dan utuh serta tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela.
Dari sebab itu, mencela ulama dan menghina mereka merupakan jalannya orang yang menyimpang dan sesat. Yang demikian itu karena sesungguhnya mencela ulama bukanlah celaan terhadap diri-diri mereka, akan tetapi itu adalah celaan terhadap agama, dakwah yang mereka emban dan agama yang mereka anut.
Berkata Imam Ahmad bin Hanbal: Luhumul Ulama’ Masmuumah. Daging ulama itu beracun. Perkataan Imam Ahmad rahimahullah itu sungguh tepat.
Dalam Al Qur’an, Allah menggambarkan orang yang ghibah sesama muslim laksana memakan daging bangkai saudaranya sendiri. Namun jika yang dihina adalah ulama, menurut Imam Ahmad, orang tersebut laksana memakan daging beracun.
Apa akibatnya makan daging beracun? Celaka! Naudzubillah min dzalik.
Itulah yang terjadi pada orang-orang yang menghina para ulama. Ada yang celaka di dunia, ada pula yang celakanya di akhir hayat dan terus berlanjut hingga di akhirat.
Angota Pengurus Pusat Muhammadiyah, H. Mustofa, mengabarkan dipecatnya seorang netizen bernama Charles Hutabarat sehari setelah ia menghina Ustadz Abdul Somad.
“Kasihan juga ya, akhirnya dipecat setelah mencemooh Ustadz Abdul Somad,” kata @NetizenTofa sembari mengunggah foto surat pemecatan Charles.

“Sehubungan dengan adanya kesalahan Saudara berupa: Terlibat dalam ujaran SARA di dalam media sosial pada tanggal 27 Februari 2018 yang merugikan nama baik perusahaan. Untuk hal tersebut saudara diberhentikan terhitung tanggal 28 Februari 2018,” demikian kutipan surat tersebut.
Sebelumnya, netizen tersebut diketahui menghina Ustadz Abdul Somad dengan sebutan “Ustadz sampah.”
Namun ada keburukan yang lebih buruk lagi yaitu mencela orang-orang yang sepantasnya dimuliakan, karena keshalihan dan keilmuan serta kesungguhan mereka untuk mendapatkan dan menjaga ilmu tersebut. Mereka itu adalah para ulama yang telah dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala di dalam banyak ayat, di antaranya,
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ اْلعُلَمَاءُ
“Yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya itu hanyalah ulama”. [QS Fathir/ 35: 28]
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوْا مِنكُمْ وَ الَّذِينَ أْوتُوا اْلعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. [QS al-Mujadilah/ 58: 11]
عن أبي الدرداء قال: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: وَ إِنَّ اْلعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ وَ إِنَّ اْلأَنْبِيَاءَلَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَ لاَ دِرْهَمًا وَ إِنَّمَا وَرَّثُوْا اْلعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Dari Abu ad-Darda’ berkata, aku pernah mendengar Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan uang dinar dan tidak juga dirham. Mereka itu hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil peruntungan yang sangat banyak”. [HR Abu Dawud]
Demikian beberapa dalil dari banyak dalil yang menegaskan akan kemuliaan yang Allah ta’ala dan Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam anugrahkan kepada para ulama yang meniti jalan di atas jalan dan manhaj Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para shahabat radliyallahu anhum.
Jadi ilmu itu adalah firman Allah ta’ala dan sabda Nabi-Nya Shallallahu alaihi wa sallam yang diambil dari para ulama yang benar-benar menguasai, memahami dan mengamalkan ajaran alqur’an dan hadits-hadits tsabit lagi shahih dengan benar dan utuh serta tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela.
Dari sebab itu, mencela ulama dan menghina mereka merupakan jalannya orang yang menyimpang dan sesat. Yang demikian itu karena sesungguhnya mencela ulama bukanlah celaan terhadap diri-diri mereka, akan tetapi itu adalah celaan terhadap agama, dakwah yang mereka emban dan agama yang mereka anut.
Berkata Imam Ahmad bin Hanbal: Luhumul Ulama’ Masmuumah. Daging ulama itu beracun. Perkataan Imam Ahmad rahimahullah itu sungguh tepat.
Dalam Al Qur’an, Allah menggambarkan orang yang ghibah sesama muslim laksana memakan daging bangkai saudaranya sendiri. Namun jika yang dihina adalah ulama, menurut Imam Ahmad, orang tersebut laksana memakan daging beracun.
Apa akibatnya makan daging beracun? Celaka! Naudzubillah min dzalik.
Itulah yang terjadi pada orang-orang yang menghina para ulama. Ada yang celaka di dunia, ada pula yang celakanya di akhir hayat dan terus berlanjut hingga di akhirat.
Angota Pengurus Pusat Muhammadiyah, H. Mustofa, mengabarkan dipecatnya seorang netizen bernama Charles Hutabarat sehari setelah ia menghina Ustadz Abdul Somad.
“Kasihan juga ya, akhirnya dipecat setelah mencemooh Ustadz Abdul Somad,” kata @NetizenTofa sembari mengunggah foto surat pemecatan Charles.
“Sehubungan dengan adanya kesalahan Saudara berupa: Terlibat dalam ujaran SARA di dalam media sosial pada tanggal 27 Februari 2018 yang merugikan nama baik perusahaan. Untuk hal tersebut saudara diberhentikan terhitung tanggal 28 Februari 2018,” demikian kutipan surat tersebut.
Sebelumnya, netizen tersebut diketahui menghina Ustadz Abdul Somad dengan sebutan “Ustadz sampah.”