Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Subhanallah, Ternyata Seperti Ini Kecanggihan Kendaraan Buraq yang Ditunggangi Nabi Muhammad

Mengenang peristiwa Isra Mi'raj, Ada hal penting yang disampaikan Allah ke hamba-hamba-Nya melalui Nabi Muhammad, yaitu perintah shalat lima waktu sehari, juga ada hal penting lainnya, yaitu kendaraan Nabi Muhammad dari bumi menuju Sidratul Muntaha, tempat Rasulullah menerima perintah itu.

Subhanallah, Ternyata Seperti Ini Kecanggihan Kendaraan Buraq yang Ditunggangi Nabi Muhammad

Peristiwa itu hanya terjadi dalam semalam.

Di masa lalu, sangat mustahil manusia bisa bepergian ke luar bumi, apalagi ke alam yang tidak dihuni manusia seperti Sidratul Muntaha.

Oleh sebab itu, diperlukan kendaraan khusus untuk menuju ke sana.

Ketika Isra Mikraj, Nabi Muhammad difasilitasi Allah sebuah kendaraan canggih bernama Buraq.

Peristiwa Isra Mikraj ada di Surah Alisra ayat pertama.

Ayat ini berbunyi: Subhaanalladzi asra bi abdihi lailam minal masjidil haroomi ilal masjidil aqsolladzii baaroknaa haulahuu linuriyahuu min aayaatinaa, innahuu huwas samii’ul bashiir.

Artinya: Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.

Ayat ini diawali oleh kata subhan yang berarti maha suci, secara peruntukannya adalah guna menolak anggapan-anggapan yang bertentangan dengan keagungan Allah.

Hal itu bukan tanpa alasan, karena peristiwa ini di luar nalar manusia kala itu yang secara teknologi belum secanggih sekarang.

Kendaraan manusia saat itu kebanyakan berupa hewan seperti kuda dan unta yang tentunya mustahil dipakai bepergian jauh dalam waktu singkat, apalagi sampai ke langit ketujuh atau Sidratul Muntaha yang berada di luar bumi.

Peristiwa ini tentu saja di luar akal manusia kala itu, sehingga wajar jika banyak yang tak percaya ketika Nabi Muhammad bercerita tentang ini.

Usai peristiwa itu, Nabi Muhammad menceritakannya kepada yang lain.

Beliau naik ke Bukit Abi Qubais dan bercerita kepada penduduk Mekkah kala itu. Banyak yang tak percaya dan mengatakan Nabi Muhammad tukang kibul, pembohong. Abu Jahal senang sekali, karena hal ini dibuat kesempatanuntuk menjelek-jelekkan Rasulullah.

Hampir semua masyarakat Mekkah kala itu tak percaya, yang semula yakin mulai ragu. Kata Abu Jahal, tinggal satu orang lagi yang menyatakan percaya atau tidak dengan cerita Muhammad, yaitu Abu Kuhafah atau Abu Bakar. Jika Abu Bakar tak percaya juga, maka selesai sudah dakwah Muhammad.

Akhirnya, ditanyalah Abu Bakar, kemudian setelah mendengar cerita Nabi Muhammad dia berkata: seandainya Muhammad berkata di balik bukit itu ada musuh tetapi ternyata tak ada, maka aku akan tetap percaya kepadanya.

Makanya, ayat ini diawali kata subhan yang berfungsi untuk menolak anggapan-anggapan negatif atau pelecehan masyarakat Mekkah saat itu tentang keagungan Allah dalam peristiwa ini.

Masyarakat Mekkah kala banyak juga yang meragukan bahkan mengatakan Nabi Muhammad berbohong tentang kendaraan yang ditumpanginya saat Isra Mikraj karena hal itu di luar nalar manusia, yaitu Buraq.

Kata buraq berasal dari Bahasa Arab barqun yang berarti kilat.

Jika barqun berarti kilat, maka turunan katanya adalah buraq.

Buraq berarti tunggangan atau alat transportasi untuk menuju ke satu tempat dengan kilat atau cepat sekali,”

Nah, sekarang seperti apakah spesifikasi Buraq?

Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Hudzaifah bin al Yaman mengatakan bahwa Rasulullah saw telah diberikan seekor binatang yang punggungnya panjang dan langkahnya adalah sepanjang mata memandang. Mereka berdua (Rasulullah saw dan Jibril as, pen) tidaklah terpisahkan diatas punggung buraq sehingga mereka meyaksikan surga dan neraka … kemudian mereka berdua kembali pulang ke tempat semula (ketika berangkat)…” (Abu Isa mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih)

Imam Nawawi menyebutkan bahwa para ahli bahasa mengatakan,”Buraq adalah nama binatang yang ditunggangi Rasulullah saw di malam isro.” Az Zubaidiy didalam “al Mukhtashar al ‘Ain” dan pemilik kitab “at Tahrir” mengatakan,”Buraq adalah binatang yang ditunggangi oleh para Nabi as.” Yang dikatakan oleh kedua orang itu dengan menyertakan semua nabi didalam hal ini membutuhkan dalil yang shahih.

Ibnu Duraid mengatakan bahwa “buraq” berasal dari kata al barqi (kilat) insya Allah ta’ala karena kecepatannya. Ada yang mengatakan,”Dinamakan buraq dikarenakan terlalu bersih, mengkilat dan sangat cepatnya.” Ada yang mengatakan,”Karena warna putihnya.” Al Qodhi mengatakan,”Kemungkinan dinamakan buraq karena dia memiliki dua warna, dikatakan ‘syaatun barqoo’ (kambing kilat) apabila disela-sela bulunya yang berwarna putih terdapat bercak-bercak hitam” Dia berkata,”didalam hadits itu disifatkan bahwa buraq itu berwarna putih. Bisa jadi ia dari jenis kambing kilat dan dia terbatasi dengan warna putih.” (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi al israa bi rosulillah …)

Nabi Muhammad menjelaskan dalam sebuah hadisnya yang diriwayatkan oleh Bukhari, nomor hadis 3207 yang berarti "Saya diperlihatkan dan dipersiapkan satu hewan tunggangan yang bukan bighol (hewan campuran kuda dan keledai, kuda paling tangguh di masa itu) tetapi lebih besar dari keledai, namanya Buraq."

Jadi, berdasarkan hadis ini, Buraq itu perawakannya tak setinggi kuda, tetapi lebih besar dari keledai. Lantas bagaimanakah kecepatannya? Ini dijelaskan lagi oleh Nabi Muhammad dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim, nomor hadisnya 164, yaitu Buraq bergerak sekelebat pandangan.

Jadi, dia begitu kita lihat ke satu gerbang dia sudah ada di situ. Kita lihat lagi ke satu galaksi dalam sekejap, dia sudah ada di situ. Jadi, pergerakannya sangat cepat bagaikan kilat, Subhanallah.

Kisah Buraq yang Terpilih Untuk Mengantarkan Kekasih Allah Dalam Peristiwa Isra Mi'raj

Ketika peristiwa Isra Mi'raj dijelaskan bahwa malaikat Jibril as yang menemani Nabi Muhammad. Saat itu malaikat Jibril diperintahkan oleh Allah SWT untuk pergi ke surga yang disebut Jannat al-Buraq. Surga ini adalah surga para Buraq dimana Jibril harus memilih satu Buraq untuk membawa Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mi'raj.

Ketika malaikat Jibril as tiba disana, surga itu dipenuhi dengan Buraq-Buraq dan dia pun harus memilih satu Buraq. Ketika sedang mencari, Jibril sangat merasa bingung karena mereka semua terlihat sama dan mereka semua tengah sibuk bershalawat atas Nabi SAW.

Allah telah memerintahkan di dalam ayat suci Al-Qur'an yakni ; InnaAllaha wa malaikatahu yusalluna ala nabi ya ayyuhal ladzina amanu sollu alaihi wasalimu taslima. Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas Nabi, Wahai orang beriman bersalawatlah kalian atas Nabi dengan sebaik-baiknya shalawat.

Jadi sesungguhnya Buraq adalah malaikat yang berwujud Buraq, sehingga mereka pun senantiasa selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad. Selanjutnya ketika tengah memilih, Jibril melihat satu Buraq yang sedang duduk menyendiri menjauh dari Buraq lainnya. Buraq ini menangis dan terus menangis dan Maha besar Allah dari tangisan Buraq ini terbentuklah sungai mutiara yang begitu indah yang mengalir deras dari matanya. Tangisan ini merupakan tangisan Buraq yang menunjukkan cinta dan kerinduannya kepada Nabi Muhammad.

Kemudian Jibril pun mendekati Buraq tersebut dan berkata, "Semua Buraq lain bershalawat memuji Nabi saw dengan gembira, tetapi mengapa kau disini sendirian menangis, apa yang membuat kau menangis?

Buraq itu berkata, “Ketika Allah menciptakan Buraq dan memberi tahu kami bahwa salah satu dari kami akan membawa Nabi Muhammad saw, maka semenjak hari itu aku menangis tak pernah berhenti. Aku berkata, “Ya Allah hatiku terbakar karena cintaku kepada Nabi saw, dan aku memohon kepada-Mu untuk menjadi Buraq yang membawa Nabi Muhammad saw ke surga-Mu. Maka sejak hari itu aku menangis terus menerus dengan rasa cinta dan kerinduan yang amat sangat kepada Nabi Muhammad SAW. Akhirnya malaikat Jibril as mengatakan kalau begitu kau lah yang aku pilih untuk membawa Nabi SAW.

Dan Syaikh Muhyidin ibn Arabi mengatakan pada saat itu pula air mata Buraq itu berhenti menangis karena rasa bahagia bahwa ia akan membawa Sayyidina Muhammad saw. Inilah buah manis dari tangisan Buraq selama ini. Karena pada akhirnya cinta dan kerinduan kepada Nabi Muhammad terbayarkan dengan menjadikannya tunggangan Nabi ketika Isra Mi'raj.