Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Temukan Uang 10 Real di depan Kabah, Bupati Ini Alami Kejadian Tak Terduga

Menyempurnakan Rukun Islam dengan menunaikan ibadah haji menjadi keinginan umat muslim. Namun, belum semua diberi kemampuan baik itu fisik, biaya, hingga waktu, untuk menjadi Tamu Allah Swt di Tanah Suci.

Inilah 7 Penyebab Kenapa Rumah Jadi Angker, No 2 Masih Sering Dilakukan

Saat menunaikan ibadah haji, ada banyak peristiwa yang dialami. Bisa peristiwa yang menyenangkan atau sebaliknya. Namun, yakinlah ada hikmah di balik perstiwa itu. Salah satu yang sudah membuktikannya, yakni Bupati Tulangbawang Barat (Tubaba) Umar Ahmad.

Umar menunaikan Rukun Islam ke-5 pada musim haji tahun 2017 lalu. Di Tanah Suci Kota Mekah, Umar mengalami peristiwa yang bisa dipetik hikmahnya.

Suatu petang menjelang Salat Magrib, Umar dan istri, Kornelia berada Masjidil Haram. Keduanya duduk bersimpuh. Hati dan pikiran yang khusyuk seiring seirama dengan gerak bibir dan lidah melafazkan Asma-Asma Allah.

Dalam balutan dzikir itu, Umar tergerak untuk mencium Hajar Aswad. Umar berpikir, kapan lagi jika bukan sekarang untuk mencium Hajar Aswad (Batu Hitam yang terletak di sudut sebelah Tenggara Kabah, yaitu sudut darimana Tawaf dimulai).

Umar pun memberitahu istrinya hendak mencium Hajar Aswad.

“Saya tidak berniat melakukan Tawaf (rukun haji dengan mengelilingi Kabah sebanyak 7 kali), tapi sengaja untuk bisa mencium Hajar Aswad,” kata Umar, Selasa (17/4/2018).

Umar mencari celah untuk bisa masuk diantara ribuan jamaah yang saat itu melakukan Tawaf. Perjuangan keras Umar pun berhasil. Setelah masuk diantara ribuan jamaah, Umar terus bergerak mendekati Kabah. Di tengah himpitan dan berdesakan dengan jamaah, pandangan Umar tertuju pada selembar uang real (mata uang Saudi Arabia) yang tergeletak di atas lantai.

Umar pun memungut lembaran senilai 10 Real itu. Saat itu Umar teringat, apapun yang dialami saat menunaikan ibadah haji itu ada hikmahnya.

Apalagi, memang didikan orangtuanya melarang keras mengambil yang bukan haknya. “Makanya saya serahkan uang itu kepada Askar (tentara penjaga Kabah).

Sambil menyerahkan uang saya menunjukkan ke arah saya menemukan uang itu,” kata Umar yang kelahiran 12 Oktober 1980 itu. Namun, Askar itu rupanya salah paham.

Askar mengira Umar hendak menyogok agar mengawalnya untuk bisa mencium Hajar Aswad. Sebab, Askar itu menunjuk ke arah Hajar Aswa. “Karena keterbatasan bahasa, saya mengira Askar itu bertanya apa saya mau mencium Hajar Aswad. Makanya saya mengangguk saat Askar menunjuk ke arah Hajar Aswad,” ujar Umar.

Anggukan Umar itu dianggap Askar sebagai sogokan. Askar yang memang dilarang keras menerima uang sogokan untuk mengawal jamaah mencium Hajar Aswad lalu memegang dan memawa Umar ke pos.

Umar terus mencoba menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Namun, lagi-lagi keterbatasan bahasa menjadi kendala. Askar terus membawa Umar ke pos yang jaraknya sekitar 1 km dari Masjidil Haram.

Di tengah perjalanan menuju pos, Umar seolah mendapatkan petunjuk untuk menyelesaikan masalah itu. Yakni, memperagakan ulang bagaimana memungut dan menyerahkan uang itu kepada Askar.

“Sesampai di pos saya diserahkan kepada Komandan Askar. Dari Alhamduillah, Komandan Askar bisa memahami yang saya peragakan itu,” sebut Umar.

Akhirnya, Umar pun dibawa kembali ke Masjidil Haram. Baru saja sampai, Umar pun merasakan hikmah dari peristiwa yang dialaminya. Yakni, tidak mengambil uang yang bukan haknya. Umar bertemu dengan rombongan Jenderal Gatot Nurmantyo yang pada saat itu masih menjabat sebagai panglima TNI.

Salah seorang dalam rombongan itu ada yang mengenali Umar. Setelah saling menyapa, lantas Umar ditawari masuk rombongan yang ternyata hendak mencium Hajar Aswad.

“Dalam rombongan itu paling depan pak Gatot dan istri. Saya berada di urutan kelima paling belakang. Alhamdulillah, saya diberi kemudahan sehingga akhirnya bisa mencim Hajar Aswad,” tutur Umar dengan suara agak bergetar saat menceritakan itu.

Sekembalinya ke tanah air, Umar pun kian meyakini bahwa hikmah dari peristiwa yang dialami saat menunaikan ibadah haji itu adalah nyata.

“Jika kita melakukan kebaikan, maka Allah Swt akan langsung membalasnya. Begitu juga jika melakukan kejahatan atau keburukan, niscaya mendapat balasan juga,” tutup Umar.