Densus 88 Diduga Salah Tembak Terduga Teroris di Tanjungbalai, Keluargaakan Lakukan Ini
Penembakan yang dilakukan terhadap 2 orang terduga teroris di Tanjungbalai pada Selasa (15/5/2018) oleh Densus 88 Anti Teror dipersoalkan oleh pihak keluarga dan warga.
Dalam penyergapan di salah rumah di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Beting Kuala Kapias, Kecamatan Teluk Nibung atau lebih dikenal dengan nama Simpang PT, Densus menembak 2 orang terduga teroris, 1 orang di antaranya tewas di tempat.
Dalam kejadian itu, salah satu yang ditembak bernama Beni Sinaga. Sementara Syaiful tewas di tempat. Keduanya merupakan saudara kandung.
Keluarga Beni Sinaga mempersoalkan tindakan main hakim sendiri alias asal tembak saja terhadap Beni Sinaga. Menurut mereka, Beni Sinaga tidak terlibat langsung dalam jaringan teroris.
Hal ini dikatakan Dewi Sari (20) adik korban, jika saat itu dirinya lagi berjualan jus buah di seberang jalan tepat di depan rumahnya. Saat itu Beni menghampirinya dengan menaiki becak motor dan mereka masih sempat minum es tebu bersama sambil bercerita mengenai kondisi ibu mereka yang sedang sakit.
"Lagi asyik bercerita, datang lah sepasukan polisi bersenjata lengkap didampingi Kepala Lingkungan (Kepling) setempat," sebut Dewi.
Tak lama berselang terdengar suara tembakan. Saat itu juga Beni Sinaga berlari menuju rumah orang tuanya bermaksud melihat peristiwa yang terjadi.
Lanjut Dewi, saat berada di tengah badan jalan, Beni dihadang anggota Densus sembari mempertanyakan identitas diri dan tiba-tiba terdengar letusan senjata api (senpi) petugas yang mengenai kaki Beni.
Tidak sampai di situ saja, petugas menginterogasi Beni mengenai hubungannya dengan Budi Cs. Beni mengatakan, mereka saudara kandung dan Budi merupakan adiknya.
"Sekali lagi anggota Densus kembali melepaskan tembakan ke arah kaki Beni. Ini mengakibatkan Beni terkapar di tanah dengan kondisi luka tembak," cerita Dewi.
Dia juga menuturkan, jika abangnya tidak tau apa-apa mengenai teroris. Menurutnya, Beni datang ke rumah karena mau melihat kondisi kesehatan ibunya. "Tiba-tiba saja Densus main tembak aja orang yang gak bersalah," tandasnya.
Menurut Dewi, abangnya tinggal di Jalan Rusunawa, Kelurahan Sei Raja, Kecamatan Sei Tualang Raso.
Kesehariannya berkerja serabutan, terkadang membawa becak motor (betor) dan mengambil botot. "Kalau sore hingga malam jualan pisang coklat di depan rumah orang tua kami di Simpang PT," ucap Dewi.
Sementara itu Delima yang merupakan istri Beni menyangkal kalau suaminya dikatakan teroris. Karena dari pada penampilan suaminya saja sudah tidak menyakinkan .

“Suami saya itu penampilannya berpakaian celana jeans, suka memakai celana ponggol (celana pendek), selalu memakai singlet (baju dalam), tidak pernah mengikuti pengajian dan sholatnya pun bolong bolong atau istilahnya kadang sholat kadang tidak," ucap Delima dan diamini warga sekitar.
Menurutnya, Budi dan Syaiful tidak satu pemahaman mengenai ajaran cara berjihad. Dewi juga mengaku, suaminya tidak pernah ikut perkumpulan atau pengajian agama.
"Kenapa Densus main tembak saja tanpa menyelidiki salah suami saya apa," ujar Dewi sambil meneteskan air mata.
Hingga saat ini keluarga tidak mengetahui keberadaan Beni apakah masih hidup atau sudah mati. Pihak keluarga akan melakukan upaya hukum terhadap Polri khususnya Densus 88 Anti Teror yang dinilai main hakim sendiri. (Hetanews.com)
Dalam penyergapan di salah rumah di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Beting Kuala Kapias, Kecamatan Teluk Nibung atau lebih dikenal dengan nama Simpang PT, Densus menembak 2 orang terduga teroris, 1 orang di antaranya tewas di tempat.
Dalam kejadian itu, salah satu yang ditembak bernama Beni Sinaga. Sementara Syaiful tewas di tempat. Keduanya merupakan saudara kandung.
Keluarga Beni Sinaga mempersoalkan tindakan main hakim sendiri alias asal tembak saja terhadap Beni Sinaga. Menurut mereka, Beni Sinaga tidak terlibat langsung dalam jaringan teroris.
Hal ini dikatakan Dewi Sari (20) adik korban, jika saat itu dirinya lagi berjualan jus buah di seberang jalan tepat di depan rumahnya. Saat itu Beni menghampirinya dengan menaiki becak motor dan mereka masih sempat minum es tebu bersama sambil bercerita mengenai kondisi ibu mereka yang sedang sakit.
"Lagi asyik bercerita, datang lah sepasukan polisi bersenjata lengkap didampingi Kepala Lingkungan (Kepling) setempat," sebut Dewi.
Tak lama berselang terdengar suara tembakan. Saat itu juga Beni Sinaga berlari menuju rumah orang tuanya bermaksud melihat peristiwa yang terjadi.
Lanjut Dewi, saat berada di tengah badan jalan, Beni dihadang anggota Densus sembari mempertanyakan identitas diri dan tiba-tiba terdengar letusan senjata api (senpi) petugas yang mengenai kaki Beni.
Tidak sampai di situ saja, petugas menginterogasi Beni mengenai hubungannya dengan Budi Cs. Beni mengatakan, mereka saudara kandung dan Budi merupakan adiknya.
"Sekali lagi anggota Densus kembali melepaskan tembakan ke arah kaki Beni. Ini mengakibatkan Beni terkapar di tanah dengan kondisi luka tembak," cerita Dewi.
Dia juga menuturkan, jika abangnya tidak tau apa-apa mengenai teroris. Menurutnya, Beni datang ke rumah karena mau melihat kondisi kesehatan ibunya. "Tiba-tiba saja Densus main tembak aja orang yang gak bersalah," tandasnya.
Menurut Dewi, abangnya tinggal di Jalan Rusunawa, Kelurahan Sei Raja, Kecamatan Sei Tualang Raso.
Kesehariannya berkerja serabutan, terkadang membawa becak motor (betor) dan mengambil botot. "Kalau sore hingga malam jualan pisang coklat di depan rumah orang tua kami di Simpang PT," ucap Dewi.
Sementara itu Delima yang merupakan istri Beni menyangkal kalau suaminya dikatakan teroris. Karena dari pada penampilan suaminya saja sudah tidak menyakinkan .
“Suami saya itu penampilannya berpakaian celana jeans, suka memakai celana ponggol (celana pendek), selalu memakai singlet (baju dalam), tidak pernah mengikuti pengajian dan sholatnya pun bolong bolong atau istilahnya kadang sholat kadang tidak," ucap Delima dan diamini warga sekitar.
Menurutnya, Budi dan Syaiful tidak satu pemahaman mengenai ajaran cara berjihad. Dewi juga mengaku, suaminya tidak pernah ikut perkumpulan atau pengajian agama.
"Kenapa Densus main tembak saja tanpa menyelidiki salah suami saya apa," ujar Dewi sambil meneteskan air mata.
Hingga saat ini keluarga tidak mengetahui keberadaan Beni apakah masih hidup atau sudah mati. Pihak keluarga akan melakukan upaya hukum terhadap Polri khususnya Densus 88 Anti Teror yang dinilai main hakim sendiri. (Hetanews.com)