Disuruh Buka Kardus dan Tas Yang Dibawanya, Santri Yang Baru SajaPulang dari Mondok Ini Ngamuk di Depan Brimob
Video yang menunjukkan seorang santri memakai peci dan sarung yang sedang pulang dari mondok saat jalan-jalan di kawasan simpang lima Semarang menjadi viral di media sosial. Pria yang diduga santri itu digeledah polisi saat membawa bungkusan kardus dan ransel ukuran sedang.
Kejadian tersebut diperkirakan terjadi di kawasan Simpang Lima, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Senin (14/5/2018) malam.
Berdasarkan video yang diunggah di akun Instagram @santricommunity, Selasa (15/5/2018), pria yang diperiksa itu membuka kardus dan ranselnya dengan cara kasar. Ia bahkan melempar semua isi kardus dan isi ransel yang kebanyakan adalah pakaian dan kitab-kitab.
Salah satu orang yang berada di video tersebut berteriak agar si pria tak mengamuk. "Tegke ngamuk ok [Kok malah mengamuk?]," teriak salah satu orang dengan logat Semarang.
Di akun Instagram tersebut, dijelaskan bahwa para polisi mencurigai si pria yang diduga santri itu merupakan teroris yang membawa bahan peledak. Banyak yang kemudian menyayangkan aksi polisi itu karena terlalu curiga dengan orang yang berpakaian layaknya santri di pondok pesantren.
Video viral yang menunjukkan kisah unik sekaligus tragis itu kemudian memicu perhatian dari Pengasuh Pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo Magelang, KH. Yusuf Chudlory. "Siaga harus tapi jangan panik dong," ungkapnya menanggapi video yang beredar.
Aparat kepolisian di Kota Semarang, Jawa Tengah (jateng), memang sedang meningkatkan kewaspdaan mereka terhadap aksi terorisme. Maklum saja, beberapa hari ini memang terjadi rentetan serangan bom di wilayah Surabaya dan Sidoarjo, Jawa TImur (Jatim).
Lihat videonya dibawah ini:
Dimintai konfirmasi soal ini, Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan apa yang dilakukan polisi di video itu sesuai dengan prosedur antisipasi setiap potensi teror.
"Ya, kita tidak boleh underestimate juga. Karena faktanya di Mako Brimob itu dia dicek di badan, di tas nggak ada senjatanya. Ternyata senjatanya ditaruh di bawah kemaluan. Nah, mohon maaf kalau kepada masyarakat yang kemudian disetop, dimintai keterangan atau ditanya, seharusnya harus kooperatif kalau dia tidak mempunyai masalah," ujar Setyo.
Khusus mengenai video yang viral itu, menurut Setyo, si pria seharusnya tidak perlu sampai membuang-buang baju yang ada di dalam tasnya. Pria itu, lanjut Setyo, cukup mengeluarkan dengan cara proporsional.
"Karena yang viral kan ada yang sampai buang-buang bajunya. Sebenarnya tidak perlu begitu kalau memang dia tidak ada masalah, buka saja, 'Pak, ini Pak, saya bawanya, silakan.' Anggota juga tidak berani mendekat karena kalau mendekat tiba-tiba itu isi bahan peledak atau bom, ya aparat juga harus jaga keselamatannya juga. Contoh di gereja Surabaya, dia tidak kelihatan bawa apa-apa, ternyata meledak juga. Masyarakat harus maklum kalau sampai dia dicurigai, ya buka saja, lihatkan dia bawanya apa saja. Kadang-kadang intuisi seorang petugas yang sedang bertugas, ini orang mencurigakan atau tidak," sambung Setyo.
Kejadian tersebut diperkirakan terjadi di kawasan Simpang Lima, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Senin (14/5/2018) malam.
Berdasarkan video yang diunggah di akun Instagram @santricommunity, Selasa (15/5/2018), pria yang diperiksa itu membuka kardus dan ranselnya dengan cara kasar. Ia bahkan melempar semua isi kardus dan isi ransel yang kebanyakan adalah pakaian dan kitab-kitab.
Salah satu orang yang berada di video tersebut berteriak agar si pria tak mengamuk. "Tegke ngamuk ok [Kok malah mengamuk?]," teriak salah satu orang dengan logat Semarang.
Di akun Instagram tersebut, dijelaskan bahwa para polisi mencurigai si pria yang diduga santri itu merupakan teroris yang membawa bahan peledak. Banyak yang kemudian menyayangkan aksi polisi itu karena terlalu curiga dengan orang yang berpakaian layaknya santri di pondok pesantren.
Video viral yang menunjukkan kisah unik sekaligus tragis itu kemudian memicu perhatian dari Pengasuh Pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo Magelang, KH. Yusuf Chudlory. "Siaga harus tapi jangan panik dong," ungkapnya menanggapi video yang beredar.
Aparat kepolisian di Kota Semarang, Jawa Tengah (jateng), memang sedang meningkatkan kewaspdaan mereka terhadap aksi terorisme. Maklum saja, beberapa hari ini memang terjadi rentetan serangan bom di wilayah Surabaya dan Sidoarjo, Jawa TImur (Jatim).
Lihat videonya dibawah ini:
Dimintai konfirmasi soal ini, Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan apa yang dilakukan polisi di video itu sesuai dengan prosedur antisipasi setiap potensi teror.
"Ya, kita tidak boleh underestimate juga. Karena faktanya di Mako Brimob itu dia dicek di badan, di tas nggak ada senjatanya. Ternyata senjatanya ditaruh di bawah kemaluan. Nah, mohon maaf kalau kepada masyarakat yang kemudian disetop, dimintai keterangan atau ditanya, seharusnya harus kooperatif kalau dia tidak mempunyai masalah," ujar Setyo.
Khusus mengenai video yang viral itu, menurut Setyo, si pria seharusnya tidak perlu sampai membuang-buang baju yang ada di dalam tasnya. Pria itu, lanjut Setyo, cukup mengeluarkan dengan cara proporsional.
"Karena yang viral kan ada yang sampai buang-buang bajunya. Sebenarnya tidak perlu begitu kalau memang dia tidak ada masalah, buka saja, 'Pak, ini Pak, saya bawanya, silakan.' Anggota juga tidak berani mendekat karena kalau mendekat tiba-tiba itu isi bahan peledak atau bom, ya aparat juga harus jaga keselamatannya juga. Contoh di gereja Surabaya, dia tidak kelihatan bawa apa-apa, ternyata meledak juga. Masyarakat harus maklum kalau sampai dia dicurigai, ya buka saja, lihatkan dia bawanya apa saja. Kadang-kadang intuisi seorang petugas yang sedang bertugas, ini orang mencurigakan atau tidak," sambung Setyo.