Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ibunda Blak-Blakan Ungkap Kelakuan Dita Oepriarto, Ternyata Cita-Citanya Ini, Pantes Aja!

Perilaku terorisme yang dilakukan oleh keluarga Dita Oepriarto menyisakan luka mendalam bagi banyak pihak, termasuk kedua orang tua pelaku.

Ibunda Blak-Blakan Ungkap Kelakuan Dita Oepriarto, Ternyata Cita-Citanya Ini, Pantes Aja!

Dita Oepriarto pelaku bom bunuh diri naik mobil Avanza dan menabrakannya ke gereja hingga terjadi ledakan.

Bom ternyata berada di dalam mobil.

"Ledakan di gereja jalan Arjuno yang paling besar," jelas Tito.

Mendengar anaknya menjadi pelaku peledakan bom di Surabaya, Sumijati sangat terpukul.

Berbeda dengan ibunda Puji Kuswati, Ibunda Dita mengungkap jati diri anak keduannya tersebut.

Sumijati mengungkapkan, Ibunda Dita Oepriarto awalnya tidak curiga sama sekali anaknya akan melakukan hal yang merugikan banyak pihak.

Karena memang, dirinya dengan Dita memang sudah lama tidak tinggal di rumah bersama keluarga.

Bahkan, Dita sudah tidak tinggal dirumah sejak duduk di bangu SMA.

Tidak seperti teroris-teroris lainnya yang bersal dari pondok, Dita justru tidak seperti itu.

Namun, Dita selalu minta didoakan agar bisa mati syahid.

"Dia memang penah minta didoakan agar mati syahid,"

Sumijati mengatakan, dirinya juga tidak pernah menjalin komunikasi melalu telepon dengan anaknya tersebut.

Karena setiap kali dirinya menelpon tidak pernah diangkat.

"Tidak pernah nelepon, ditelpon tidak pernah diangkat, ketika ditanya kenapa gak angkat telepon dia jawab nama saya gak ada di hpnya," ujar Sumijati.

Sedangkan dengan istrinya, Sumijati juga mengaku tidak dekat.

Saat Dita Oepriarto pulang, istrinya tidak pernah dibawa.

Rentetan aksi peledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo membawa duka bagi banyak orang.

Mirisnya, deretan aksi tersebut dilakukan oleh sekelompok anggota keluarga.

Kejadian pertama yang disoroti adalah peledakan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya.

Aksi tersebut dilakukan Dita Oepriyanto bersama istri dan empat orang anaknya.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan Dita berbagi tugas bunuh diri pada seluruh anggota keluarganya.

Dita menyerang Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno dengan mengendarai mobil Avanza, menabrakkannya ke gedung gereja, dan meledakkan diri.

Selanjutnya, istrinya Puji Kuswati serta dua anak perempuannya datang ke Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro, dan meledakkan diri menggunakan bom di pinggang.

Ada pula dua anak laki-laki Dita menerobos area Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya, menggunakan sepeda motor dan meledakkan diri gunakan bom yang dipangku.

Hal serupa juga terjadi terhadap pemilik bom yang meledak di Rusun Wonocolo Sidoarjo.

"Di Rusun Wonocolo juga adalah satu keluaraga. Tiga tewas yang terdiri suami, istri, dan anak. Tapi ada saksi kunci karena ada anaknya yang hidup," ungkap Tito.

Kapolda Jatim Irjen pol Mahfud Arifin memastikan, sosok yang tewas akibat ledakan di Wonocolo merupakan pelaku peledakan.

"Mereka itu pelaku, bukan korban," jawab Kapolda di lokasi ledakan, Senin (14/5/2018) dinihari.

Terbaru adalah satu keluarga pelaku aksi bom bunuh diri Mapolrestabes Surabaya, Jalan Sikatan No 1 Surabaya pada Senin (14/5/2018).

Bom bunuh diri itu dilakukan oleh satu keluarga yang menggunakan dua sepeda motor yakni Honda Beat L 6629 NN dan Honda Supra L 3559 D.

"Kita sudah identifikasi kejadian pagi tadi, pukul 09.04 WIB di depan Polrestabes adalah bom bunuh diri pakai motor dan bahan peledak," jelas Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian saat konferensi pers di Media Center Polda Jatim, Senin (14/5/2018).

Keluarga tersebut beranggotakan lima orang, empat di antaranya tewas di tempat dan satu anak kecil kelahiran 2010 hidup dan kini dalam kondisi luka.

"Mereka satu keluarga lagi dengan satu kartu keluarga yang sama. 4 orang meninggal dan yang anak kecil selamat, dirawat di RS Bhayangkara," imbuhnya.

Tito menjelaskan pelaku merupakan warga Krukah, Surabaya dan merupakan teman dekat dari pelaku pengebom tiga gereja.

"Jadi korban ada 4 dalam satu kartu keluarga. Identitas sudah kita temukan, biodata TM, alamat di Krukah dan masih ada pengembangan lain," jelasnya.

Seorang anak perempuan berinisial Ais yang dibonceng di motor bagian depan terlempar dan tidak ikut tewas.

Bocah yang bangkit usai sempat pingsan ini tampak kebingungan mengetahui banyak mayat berserakan.

Petugas polisi yang ada di depan langsung mengamankan bocah itu dari lokasi kejadian.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian memastikan, bocah anak bomber yang selamat sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.

Sementara empat pelaku bom bunuh diri ini semuanya tewas.

"Yang jelas kelompok ini sama dengan Dita. Mereka menguasai sel ini karena pimpinan mereka ditangkap," tutup Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.

Ledakan ini juga melukai empat anggota polisi dan enam masyarakat sipil.

Berikut identitasnya:

Dari Polri:

1. Bripda M Taufan

2. Bripda Rendra

3. Aipda Umar

4. Briptu Dimas Indra

Dari warga (pengunjung):

1. Atik Budi Setya Rahayu

2. Raden Adi Ramadan

3. Ari Hartono

4. Ratih Astri Rahmah

5. Eli Ramida

6. Ainur Rofik

Fakta Penting Motif Aksi Peledakan Bom

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan sederet aksi teror di Surabaya dilakukan oleh Jamaah Ansarud Daulah (JAD) Cabang Surabaya.

Dikutip dari Surya, motif serangan ini karena ada instruksi dari ISIS Sentral yang keberadaannya saat ini terdesak dan memerintahkan sel (cabang kelompok) dunianya untuk bergerak.

Selain alasan ini, pelaku juga marah setelah Ketua JAD Indonesia, Maman Abdurrahman ditangkap beberapa waktu lalu.

Maman sebelumnya ditangkap karena kasus perencanaan dan pendanaan organisasi paramiliter bersenjata di Aceh.

Maman sebenarnya sudah keluar penjara pada Agustus 2017 lalu, namun dia ditangkap lagi terkait perencanaan, pendanaan bom Thamrin 2016.

Setelah ditangkap, pucuk pimpinan JAD diserahkan ke Jainal Ansari. Namun belum lama ini Jainal ditangkap Mabes Polri.

Hal ini membuat kelompoknya memanas hingga nekat melakukan pembalasan.

"Kerusuhan di Mako Brimob tidak hanya makanan tidak boleh masuk dan keluarga. tetapi karena kejadian internasional serta upaya untuk melakukan pembalasan pasca ditangkapnya pimpinan mereka," tegasnya.

Tito memastikan serangan ini tidak ada kaitannya dengan masalah keagamaan, namun pemikiran-pemikiran yang menyalahgunakan ajaran.