Akibat Menyakiti Orang Gila
Aku adalah seorang pedagang keliling yang banyak disukai orang-orang. Bakso Arema, namanya. Alhamdulillah, setiap harinya daganganku laris manis. Dari berdagang, aku bisa menabung sedikitnya Rp. 75.000,- s/d Rp. 100.000 per hari.
Aku mulai menyukai mengelilingkan daganganku karena dalam sebulan kelihatan hasilnya dibandingkan bila aku berjualan tidak keliling.
Biasanya, pagi-pagi sekali, aku sudah menyiapkan segala yang diperlukan untuk jualan setiap harinya. Untuk menyiapkan itu, aku dibantu oleh temanku yang memang sudah berpengalaman membuat pangsit.
Nah, pada suatu hari, aku sudah menunggu di depan warung bakso bosku pukul 09.30 WIB. Di jam segitu, aku sudah siap berjualan keliling, tapi tiba-tiba temanku memanggil-manggilku," Din! Din! Baksomu tuh!"
"Ada apa Yus, kok teriak-teriak?!" Jawabku rada bingung. Ternyata rodaku yang penuh dagangan hidangan penghangat tubuh tengah dihampiri orang gila. Badannya bau, dan pakaiannya semrawutan. Dia bermaksud mengambil baksoku. Aku langsung marah, dan kuambil sendok bakso untuk memukulnya. Tidak hanya itu, aku pun menendang dan mengusirnya sampai dia berkelit ketakutan.
"Eh dagangan gue, mau lo apain? Sana pergi Sana....!" Bentakku mengusirnya.
Orang gila itupun berlalu. Di dalam hati aku menggerutu kalau orang gila itu membawa apes saja. "Din! Bukanya dikasih bakso, kok malah dikasarin. Tidak boleh begitu tahu!" tanya temanku seraya menasehati. "Ah.... kebiasaan!" Timpalku rasa kesal.
Kejadian itu berlalu dan siang harinya aku mulau berjualan. Pertama kali, aku langsung mangkal di sekolah-an. Namun, Alhamdulillah dagangan kusepi. Yang beli cuma beberapa murid. Padahal, biasanya, daganganku laku dijual di kalangan anak sekolah dan ibu-ibu yang mengantar anaknya untuk beli bakso yang aku jual itu.
"Aneh pendapatanku kok sekarang berkurang ya?!" Gerutuku di dalam hati. Lazimnya, aku sudah dapat penghasilan kurang lebih Rp. 150.000 dalam beberapa jam (menit).
Aku mulai berkeliling lagi, tapi tiba-tiba roda gerobakku yang penuh dengan pangsit, bakso, mie, tahu dan siomay terperosok ke dalam selokan, hingga rodaku terguling danj separuh daganganku berjatuhan. Akhirnya, di hari itu, aku rugi berat.
Kupikir inilah balasan Allah atas perilakuku menyakiti perasaan manusia walaupun dia orang gila. Semoga kisahku ini bisa menjadi hikmah untuk semua yang membacanya.
Aku mulai menyukai mengelilingkan daganganku karena dalam sebulan kelihatan hasilnya dibandingkan bila aku berjualan tidak keliling.
Biasanya, pagi-pagi sekali, aku sudah menyiapkan segala yang diperlukan untuk jualan setiap harinya. Untuk menyiapkan itu, aku dibantu oleh temanku yang memang sudah berpengalaman membuat pangsit.
Nah, pada suatu hari, aku sudah menunggu di depan warung bakso bosku pukul 09.30 WIB. Di jam segitu, aku sudah siap berjualan keliling, tapi tiba-tiba temanku memanggil-manggilku," Din! Din! Baksomu tuh!"
"Ada apa Yus, kok teriak-teriak?!" Jawabku rada bingung. Ternyata rodaku yang penuh dagangan hidangan penghangat tubuh tengah dihampiri orang gila. Badannya bau, dan pakaiannya semrawutan. Dia bermaksud mengambil baksoku. Aku langsung marah, dan kuambil sendok bakso untuk memukulnya. Tidak hanya itu, aku pun menendang dan mengusirnya sampai dia berkelit ketakutan.
"Eh dagangan gue, mau lo apain? Sana pergi Sana....!" Bentakku mengusirnya.
Orang gila itupun berlalu. Di dalam hati aku menggerutu kalau orang gila itu membawa apes saja. "Din! Bukanya dikasih bakso, kok malah dikasarin. Tidak boleh begitu tahu!" tanya temanku seraya menasehati. "Ah.... kebiasaan!" Timpalku rasa kesal.
Kejadian itu berlalu dan siang harinya aku mulau berjualan. Pertama kali, aku langsung mangkal di sekolah-an. Namun, Alhamdulillah dagangan kusepi. Yang beli cuma beberapa murid. Padahal, biasanya, daganganku laku dijual di kalangan anak sekolah dan ibu-ibu yang mengantar anaknya untuk beli bakso yang aku jual itu.
"Aneh pendapatanku kok sekarang berkurang ya?!" Gerutuku di dalam hati. Lazimnya, aku sudah dapat penghasilan kurang lebih Rp. 150.000 dalam beberapa jam (menit).
Aku mulai berkeliling lagi, tapi tiba-tiba roda gerobakku yang penuh dengan pangsit, bakso, mie, tahu dan siomay terperosok ke dalam selokan, hingga rodaku terguling danj separuh daganganku berjatuhan. Akhirnya, di hari itu, aku rugi berat.
Kupikir inilah balasan Allah atas perilakuku menyakiti perasaan manusia walaupun dia orang gila. Semoga kisahku ini bisa menjadi hikmah untuk semua yang membacanya.